Kisah Nabi Musa, Belah Laut Merah Binasakan Firaun dan Pengikutnya

Mukjizat Nabi Musa, membelah laut.(Ist)

Kisah Nabi Musa AS telah diabadikan di dalam Al-Qur’an. Nama Nabi Musa di Al-Qur’an disebutkan sebanyak 136 kali.
——

WAW – Nabi Musa AS merupakan salah satu nabi dan rasul yang dikarunia mukjizat yang luar biasa oleh Allah SWT. Nabi Musa adalah rasul ulul azmi dan termasuk dalam satu dari empat Nabi yang dikaruniai kitab, yaitu kitab Taurat.

Musa diperintah Allah SWT untuk menyelamatkan kaumnya dari kekafiran. Nabi Musa juga diutus untuk menyadarkan penguasa Mesir saat itu, yaitu Raja Firaun yang menganggap dirinya adalah Tuhan.

Firaun dikenal sebagai raja yang sombong dan kejam, hal itu membuat masyarakat Mesir takut dan tunduk kepadanya. Firaun tidak segan membunuh bayi laki-laki karena dianggap akan menghancurkan tahta kerajaannya.

Nabi Musa bertemu istri Firaun
Sewaktu bayi, Nabi Musa sengaja dihanyutkan oleh ibunya di Sungai Nil agar tidak dibunuh oleh bala tentara dan pengawal Raja Firaun. Tindakan ibu Nabi Musa pada saat itu karena mendapatkan ilham dari Allah SWT.

Musa yang hanyut itu, ditemukan oleh istri Raja Firaun, Musa yang bersih dan bercahaya menarik perhatiannya, lalu Musa dibawa ke kerajaan dan dibesarkan oleh keluarga Firaun.

Tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan berakal yang sempurna. Hingga suatu masa, Nabi Musa dewasa merantau meninggalkan Mesir menuju Madyan, dan di sana, dirinya bertemu dengan Nabi Syu’aib AS lalu menikah dengan salah satu anaknya.

10 tahun tinggal di Madyan, Nabi Musa dan istrinya meminta izin kepada Nabi Syu’aib untuk kembali ke Mesir.

Nabi Musa menerima Wahyu pertama
Dalam perjalanan menuju Mesir, Nabi Musa melihat sinar yang menyala di Bukit Sinai. Di tempat itulah Nabi Musa menerima wahyu pertama kali dari Allah SWT.

Musa menerima mukjizat, yang dapat mengubah tongkat menjadi ular serta dada yang bercahaya. Selain itu, Nabi Musa juga mendapatkan tugas untuk memberikan peringatan pada Firaun dan pengikutnya.

Tiba di Mesir, Nabi Musa mengajak masyarakat Mesir untuk menyembah Allah SWT dan berbuat kebaikan. Namun aksi Nabi Musa malah menyulut emosi Firaun dan membuatnya murka.

Singkat cerita, Firaun dan tentaranya memburu Nabi Musa beserta pengikutnya. Terjadi kejar-kejaran hingga tiba di sebuah lautan yang dikenal sebagai laut merah.

Nabi Musa Membelah Laut
Musa dan pengikutnya bingung, kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke air laut dan tongkat itu membelah laut menjadi dua. Ini adalah mukjizat Nabi Musa yang paling terkenal.

Nabi Musa dan rombongannya melewati dasar laut yang kering, sementara Firaun dan pengikutnya terus mengejar Nabi Musa.

Namun, Nabi Musa sudah tiba di daratan dan Firaun masih di tengah lautan, Allah SWT kemudian mengembalikan lautan seperti semula sehingga Firaun dan prajuritnya tenggelam di dasar laut.

Karena kebesaran Allah, akhirnya jasad firaun diselamatkan untuk dijadikan pelajaran di masa ini dan yang akan datang.

Allah berfirman dalam Alquran Surah Yunus ayat 90-92 berbunyi: “Wa jawazna bi bani Israilal-bahra fa-atba’ahum firaunu wa junuduhu bagyan wa ‘adwan. Hatta idza adrakahul garaqa qala aamantu annahu la ilaha illalladzi aamanat bihi binuri Israila wa ana minal-muslimin. Al-aana wa qad‘’ashaita qablu wa kunta minal-mufsidin. Falyauma nunajjika bibadanika litakuna liman khalfaka aayatan wa inna katsiran minan-nasi an aayaatinaa laghafilun,”.

Yang artinya: “Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut. Mereka pun diikuti oleh Fir’aun dan tentaranya, karena mereka hendak menganiaya dan menindas (Bani Israil). Ketika Fir’aun telah hampir tenggelam, ia berkata: saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan saya termasuk orang yang berserah diri (kepada-Nya). (Allah menyambut ucapan Fir’aun ini dengan berfirman) Apakah kamu (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Hari ini Kami selamatkan badanmu, supaya kamu menjadi pelajaran bagi (generasi) yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami,”.

Dari kisah perjalanan Nabi Musa, dapat kita petik hikmah bahwa pada Allah SWT tidak menyukai perbuatan sewenang-wenang ataupun yang menganiaya orang lain.

Penulis : Maulana Fatih