WAW – Nabi Sulaiman AS adalah anak dari Nabi Daud AS. Setelah Nabi Daud AS meninggal, Nabi Sulaiman AS mewarisi tahta dan menjadi raja yang diutus untuk memperbaiki akhlak Bani Israil.
Sejak kecil, Nabi Sulaiman dikenal sebagai orang yang cerdas dan memiliki kemampuan berpikir yang baik, terutama dalam mengambil keputusan.
Allah berfirman dalam QS. Sad ayat 30 yang artinya:
“Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).”
Allah SWT memberikan kerajaan besar tiada tara yang pernah ada di dunia untuk Nabi Sulaiman.
Bukan hanya manusia, Nabi Sulaiman merajai semua makhluk seperti hewan dan makhluk gaib seperti jin dan setan.
Keistimewaan lainnya Dia juga bisa berbicara kepada binatang. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Anbiya ayat 82 yang artinya:
“Dan (Kami tundukkan pula kepada Sulaiman) segolongan setan-setan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mereka mengerjakan pekerjaan selain itu; dan Kami yang memelihara mereka itu.”
Dikisahkan, usai Nabi Sulaiman membangun Baitulmaqdis dan menunaikan haji, ia melakukan perjalanan ke Yaman.
Saat tiba di sana, ia memanggil burung hud-hud untuk mencari sumber air di tempat yang kering dan tandus.
Ketika burung hud-hud muncul di hadapan Nabi Sulaiman, salah satu dari mereka berkata bahwa telah menemukan sebuah kerajaan yang besar dan mewah di negeri Saba yang dikuasai oleh seorang Ratu bernama Balqis.
“Saat aku melakukan pengintaian, aku menemukan sesuatu yang harus Tuan tahu. Aku melihat kerajaan yang megah dan dikuasai oleh seorang ratu yang sedang duduk di atas tahta bertabur permata berkilauan,” kata burung hud-hud.
“Di sana, aku juga melihat ratu dan rakyatnya tidak mengenal Tuhan pencipta seluruh semesta yang telah memberikan kenikmatan dan kebahagiaan. Mereka tidak menyembah kepada-Nya, melainkan matahari,” lanjutnya.
Mendengar perkataan burung hud-hud, Nabi Sulaiman AS meminta pertolongan untuk memberikan sebuah surat kepada ratu istana tersebut.
Kemudian, Ratu Balqis menerima surat tersebut. Ia pun membaca isi surat yang entah dari siapa.
“Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, surat ini adalah dariku, Sulaiman. Janganlah kamu bersikap sombong dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku. Datanglah sekalian kepadaku berserah diri.”
Singkat cerita, Ratu Balqis mengutus anak buahnya untuk mengirimkan hadiah berupa harta benda yang ia pikir Nabi Sulaiman AS akan menerimanya.
Namun, ternyata Nabi Sulaiman menolak hadiah yang diberikan.
Nabi Sulaiman berharap Ratu Balqis datang dan berserah diri untuk menghentikan penyembahan matahari.
Tapi, jelas saja kalau beliau tidak memaksa siapa pun untuk masuk islam.
Maka, Nabi Sulaiman mengambil keputusan untuk menundukkan Kerajaan Saba yang berada di bawah kekuasaan Ratu Balqis.
Sementara itu, Menerima penolakan dari Nabi Sulaiman, Ratu Balqis memikirkan cara terbaik untuk menyelamatkan kerajaannya yaitu dengan menghadap Nabi Sulaiman.
Mengetahui kalau Ratu Balqis akan datang, Nabi Sulaiman pun berkeinginan untuk menunjukkan kepada Ratu Balqis bahwa ia memiliki kekuasaan gaib.
Maka, Nabi Sulaiman bertanya kepada para jin, siapa yang sanggup membawa singgasana Ratu Balqis ke hadapannya sebelum ia datang berserah diri.
Lalu, Ifrit yang merupakan jin yang cerdik menjawab, “Aku sanggup membawa tahta itu sebelum engkau sempat berdiri dari tempat dudukmu.”
Allah SWT berfirman dalam QS. An-Naml ayat 41 yang artinya:
“Ia (Sulaiman) berkata, “Ubahlah untuknya singgasananya; kita akan melihat apakah dia (Balqis) mengenal; atau tidak mengenalnya lagi.”
Dalam sekedip mata, singgasana Ratu Balqis sudah ada dihadapan Nabi Sulaiman.
Sebelum kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman memerintahkan para jinnya untuk mengubah sedikit bentuk dan warna tahta milik Ratu Balqis.
Tak lama kemudian, datanglah Ratu Balqis beserta pasukan dari kerajaan Saba, menghadap Nabi Sulaiman. Ia tampak kagum dengan kemewahan yang dimiliki Nabi Sulaiman.
Namun, ada sedikit kecurigaan dari semua tahta yang dimiliki Nabi Sulaiman. Seraya bertanya dalam hati, bagaimana mungkin tahta ini mirip dengan apa yang kumiliki.
Ratu Balqis pun tampak heran, kenapa tahta kerajaannya sudah berpindah ke istana Nabi Sulaiman, padahal ia yakin sekali bahwa tahta-tahta tersebut masih berada di istananya sebelum mengunjungi Nabi Sulaiman AS.
Allah SWT berfirman dalam QS. An-Naml ayat 42 yang artinya:
“Maka ketika dia (Balqis) datang, ditanyakanlah (kepadanya), “Serupa inikah singgasanamu?” Dia (Balqis) menjawab, “Seakan-akan itulah dia.” (Dan dia Balqis berkata), “Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”
Ratu Balqis kemudian diajak ke sebuah ruangan. Lantai dan dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih.
Kemudian, Ratu Balqis menyingkap pakaiannya karena mengira sedang melewati kolam yang besar.
Lalu, Nabi Sulaiman berkata, “Engkau tidak berada di atas kolam air. Apa yang engkau lihat itu adalah kaca-kaca putih yang menjadi lantai dan dinding ruangan ini.”
“Oh, Tuhanku,” kata Ratu Balqis sembari menyadari kelemahan dirinya terhadap kekuasaan Allah SWT yang dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman.
Hingga akhirnya, Ratu Balqis berserah diri kepada Allah SWT. “aku telah lama tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan kurnia-Mu, merugikan dan menzalimi diriku sendiri. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam,” kata Ratu Balqis.
Begitulah kisah pertemuan Nabi Sulaiman AS dengan Ratu Balqis yang merupakan seorang wanita yang memiliki harta benda berlimpah dan menyembah matahari. Lalu, ia pun berserah diri kepada Allah SWT.
Penulis : Maulana Fatih