WAWBERITA- Matahari Sumsel mengelar diskusi politik dengan tema ” Sumsel Dahulu, Sumsel sekarang dan Sumsel Yang Akan Datang” Kamis (4/7/2024), di Cafe Guns Palembang.
Beberapa narasumber seperti, DR Junaidi M.Si, sebagai Pengamat dan Akademisi, Fatkurohman, S Sos, Peneliti Koordinator Wilayah Sumsel Publik Trus Institut, Bagindo Togar, Pengamat Politik dan Ir Herpanto Msi sebagai pengamat politik.
Ketua Matahari Sumsel, Rio Pratama menjelaskan tujuan dari diskusi ini untuk merencanakan atau kaukus bagaimana menyamakan prespektif terkait pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumsel kedepan.
“Artinya kita mencoba melihat track record lima tahun sebelumnya atau Sumsel dahulu bagaimana, sumsel sekarang bagaimana kemudian Sumsel yang akan datang bagaimana. Mulai dari sisi pembangunan, pariwisata dan ekonomi, nanti teman teman pemuda dan teman teman masyarakat Sumsel bisa menentukan sikap Sumsel ini harus bagaimana,”kata Rio
“Kami bersama teman teman matahari sudah menyimpulkan secara langsung bahwa Sumsel harus berubah, baik dari prespektif pembagunan, pariwisata dan ekonomi. Kedepan Sumsel harus mempunyai sosok yang baru,”ucap Rio
Sementara itu, pengamat politik Herpanto menjelaskan proses pilkada sekarang ini ada hal yang memang mereka lupa, bahwa partai mempunyai mekanisme partai, sehingga penentuan dan penetapan calon kepala daerah itu ada waktunya dengan pertimbangan internal partai serta aturan mekanis yang ada di internal partai.
Hingga saat ini, mereka baru memberikan surat tugas kepada kadernya untuk bersosialisasi dan komunikasi kepada masyarakat untuk menaikan elektabilitas.
Partai itu sendiri akan mengevaluasi kinerja kadernya, walaupun itu adalah sudah di usulkan.
“Semua partai ini ingin menang semua, makanya partai lain belum memutuskan siapa yang akan dijadikan kepala daerah atau wakil,
semua masih dalam proses, apa lagi politik tidak ada yang pasti, sangat dinamis semua serba mungkin,” ucapnya
Ditempat yang sama, Bagindo Togar, menilai kemajuan Sumsel saat ini tergolong lambat dan standar. Ia mendorong adanya lompatan besar dalam pembangunan.
“Bandingkan Sumsel lima tahun lalu dengan sekarang, tidak banyak perubahan. Pembangunan yang ada mostly berasal dari pemerintah pusat, seperti flyover dan tol,” ujar Bagindo.
Bagindo juga membandingkan pembangunan di era Alex Noerdin dengan saat ini. Meskipun ada kekurangan, pembangunan di era Alex Noerdin lebih terlihat nyata.
“Lima tahun terakhir ini sangat stagnan. Ada pembangunan, tapi tidak ada lompatan signifikan. Kita tertinggal lima tahun, tapi dengan pemimpin yang tepat, kita bisa mengejar ketertinggalan itu,” ujar Bagindo.
Bagindo menyimpulkan bahwa stagnasi pembangunan Sumsel disebabkan oleh faktor kepemimpinan yang kurang kreatif dan tidak memiliki komitmen kuat.