WAWBERITA – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Musi Banyuasin (Muba) November mendatang menjadi daya tarik tersendiri di dunia politik Sumatera Selatan (Sumsel).
Pasalnya dinamika perpolitikan Muba selalu menjadi yang dinanti setiap kali menghadapi tahun politik. Acap kali beberapa calon menjadikan Pilkada sebagai panggung tarung, strategi politik melalui tagline masing-masing mulai mereka gaungkan.
Kali ini berhasil menarik perhatian saya strategi perang milik mantan PJ Bupati Muba tahun 2022-2024, Apriyadi Mahmud. Ia dipercaya mengemban jabatan tersebut sekaligus melanjutkannya pada pencalonan kepala daerah November mendatang.
Strategi yang terlihat saat ini, beliau mengusung isu ‘Putera Asli Muba’.
Ditambah lagi beberapa waktu lalu saya mendapati statement Wakil Gubernur Sumsel periode 2019-2024, Bapak Mawardi Yahya. Beliau berucap, “Kalau masyarakat Muba ingin merasakan dipimpin oleh orang Muba asli, tidak ada lain Apriyadi bapak-ibu sekalian,” katanya yang saya kutip dari postingan akun instagram @pesonamuba.official pada Kamis, (23/05/23) lalu.
Yang membuat hal itu semakin keruh, ia menambahkan “Hati-hati kalau dipimpin oleh orang luar, keluarganya tidak disini, belanjanya tidak disini, teringat juga tidak disini, (ingat juga tidak),” kata politisi senior itu.
Narasi beliau itu memicu perdebatan bagi masyarakat, seakan penekanan menakut-nakuti rakyat, sangat disayangkan hal itu terucap dari sosok Mawardi Yahya.
Entah ini bagian dari strategi Apriyadi atau benar-benar dilakukan Mawardi dengan kesadaran pribadi.
Apapun, hal itu tidak sepantasnya dikatakan oleh salah satu sosok yang disegani di dunia politik Sumsel.
Hal ini hanya menciptakan pandangan negatif terhadap paslon yang bukan putera puteri Muba, bukankah beberapa periode sebelumnya daerah ini dipimpin oleh banyak sekali orang luar Muba.
Sebut saja, Alex Noerdin yang lahir di Palembang, lalu Beni Hernedi yang juga putera asli Palembang mereka mampu-mampu saja membawa Muba makmur pada masanya tanpa embel-embel putera daerah.
Tak ayal, isu putera Muba ini menjadi senjata perang paling beken milik Apriyadi.
Musi Banyuasin sendiri dihuni berbagai macam etnis dan budaya, mulai dari suku Musi, Jawa, Bugis, Sunda, Bali, yang menandakan bahwa Muba sangatlah heterogen.
Program Transmigrasi Zaman Orde Baru membuat Musi Banyuasin menjadi tanah yang dihuni oleh berbagai macam suku dan budaya. Hal itu menunjukkan bahwa Bumi Serasan Sekate sebenarnya milik siapa saja.
Singkatnya, kita tidak bisa memilih dilahirkan di mana, tapi kita bisa memilih untuk berjuang, mengabdi, dan mensejahterakan daerah yang kita cintai.
Hal lain yang menjadi pertanyaan saya terkait tagline dan komitmen Apriyadi untuk Muba adalah sepak terjangnya pada masa Pemilihan Legislatif kemarin, khususnya di Pileg DPRD Provinsi Sumatera Selatan.
Pada dasarnya, tanggung jawab beliau sebagai PJ Bupati diantaranya adalah untuk memimpin pelaksanaan pemerintahan serta memelihara ketertiban dan ketentraman masyarakat sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai Aparatur Sipil Negara yang diatur pada Pasal 65 Ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2014.
Dikutip dari jembatanrakyat.id ia justru masuk lebih jauh dan dapat dibilang campur tangan terhadap pemenangan salah satu Calon Legislatif DPRD Provinsi Sumsel Dapil Muba yaitu anaknya sendiri dengan terus membersamai Andi Rizkiansyah pada Pileg kemarin.
Saya sangat menyangkan apa yang terjadi kemarin, sebab beliau dipercaya menjadi PJ Bupati bukannya fokus untuk menjalankan tanggung jawab malah bertindak semaunya dan diduga melanggar asas netralitas ASN seakan-akan tanggung jawab tersebut hanya menjadi lelucon baginya.
Sangat disayangkan menuju panggung akbar pemilihan pemimpin baru yang seharusnya sakral malah dijadikan opera. Kedepannya rakyat harus lebih jeli dan teliti dalam memilih calon pemimpin.
Memilih pemimpin hanya berdasarkan tagline kebanggaan daerah semata yang malah lebih mementingkan kepentingan pribadi atau memilih pemimpin yang memang tidak lahir di Muba namun bisa kita lihat komitmen dan niat baiknya untuk mensejahterakan Bumi Serasa Sekate yang sama-sama kita cintai.(*)